KETIKA PENYAIR BERCINTA Sebuah Antologi Berbagai Anak Bangsa Lintas Negara Ketua Penyelenggara Moh. Ghufron Cholid Diterbitkan via ebook Cetakan Pertama, Juli 2010 Bekerjasama Dengan Segenap Penyair FB Lintas Negara KETIKA PENYAIR BERCINTA 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah adalah kata yang paling pantas untuk melukiskan segala kebahagiaan setelah merampungkan Antologi Puisi Cinta berjudul Ketika Penyair Bercinta. Berbicara tentang cinta takkan pernah kehabisan maddah oleh karena itu, Antologi Puisi ini hadir ketengah-tengah pembaca sebagai sumbangsih kami, yang telah sepakat untuk berbagi pengalaman, keinginan dalam bentuk puisi. Antologi ini tergolong unik karena ditulis oleh berbagai anak bangsa lintas negara. Sungguh merupakan perjuangan yang tidak mudah dalam membuatnya karena melewati berbagai macam fase yang harus ditempuh namun berkat keteguhan hati yang diiringi ridla Tuhan akhirnya Antologi ini hadir. Antologi Puisi ini berjumlah tiga puluh satu puisi. Dibuka dengan puisi berjudul KEKASIH karya penyair Weni Suryani dan ditutup dengan puisi berjudul AKU TELAH MENCINTAIMU SECARA DIAM-DIAM karya M. Hasan Sanjuri.. Beraneka cinta ditampilkan di dalamnya agar kita bisa menelaah bersama, semua ini dihadiahkan bagi segenap pembaca budiman. Antologi ini bisa dinikmati dengan sangat mudah dan gratis lantaran para penyairnya merelakan puisinya dikonsumsi secara suka cita. Tak hanya itu, seluruh penyair yang berada dalam Antologi ini berharap agar bisa sama-sama menerjemahkan cinta yang ada di dalamnya dengan sangat suka cita. Akhirnya kepada segenap penyair yang karyanya terangkum dalam Antologi Puisi Cinta ini saya selaku ketua penyelenggara mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga semoga Tuhan membalas segala kebaikan. Mohon maaf pun saya ucapkan kepada penyair yang telah mengirimkan karyanya namun tidak termuat dalam Antologi ini. Selanjutnya bagi segenap pembaca saya ucapkan selamat membaca semoga kita bisa memetik hikmah di dalamnya. Anien ya rabbal ‘alamien. Segala hal yang ingin disampaikan bisa menghubungi ketua penyelenggara di alamat email KETIKA PENYAIR BERCINT2 A putra_blega”yahoo.com/lora_sun31”yahoo.com atau via HP 087852121488. Al-Amien, 17 Juli 2010 Ketua Penyelenggara Moh. Ghufron Cholid KETIKA PENYAIR BERCINTA 3 DAFTAR ISI COVER DALAM……………………………………………………………….1 KATA PENGANTAR…………………………………………………. ………..2 DAFTAR ISI…………………………………………………………....................3 Weni Suryandari (KEKASIH)……... ……………………………………………..4 Nurul Aulia Latifah (KISAH ITU)…………………... …………………………...5 Shinta Miranda (AKU INGIN MENEMANIMU)……………... ………………..6 Imron Tohari (TADABUR CINTA) ……………………………………................7 Pringadi Abdi Surya (JALAN KENANGAN)……………………... …………….8 Kwek Li Na (TEPERANGKAP JALA ASMARA) ……………………………...9 Dimas Arika Mihardja (MENGUKUR JARAK KERINDUAN) …………..........10 Isbedy Stiawan ZS (TAMAN CINTA)…………………………... ……………...11 Ersis Warmasyah Abbas (AKU DATANG MEMINANG CINTA) ……………12 Handoko F Zainsam (BIRAHI OMBAK) ………………………………………13 Saifun Arif Kojeh (MENERJEMAHKAN RINDU) ……………………………14 Isma Wasingatun (MARI BERCINTA SAYANG) ……………………………...15 Adrian kelana (KUNISANKAN RINDU DI HATIMU) ……………………….16 Sayuri Yosiana (PUISI UNTUK IBU) …………………………………………..17 Dedy Nur (UNTUKMU BIDADARI)………………………………………… 19 KETIKA PENYAIR BERCINT4 A Sandra Palupi (CINTA)………………………………………………... ……….20 Davit Arianto (KERNA GELAP TAK PERNAH BENAR-BENAR HILANG.21 Ananda Dwi (TENTANG CINTA)… …………………………………………22 Lia Salsabila (SELAMAT MALAM SAYANG).…………………………... ……23 Zam Zamee (TANPA CINTA)…………………………. ……………………...24 Retno Handoko (KIDUNG RINDU)…………………………….. ……………25 Abd. Qadir Jailani (BERSAMA GENANG AIR MATA)... ……………………..27 Erfan Setiawan (AKU LUPA SEPARUH WAJAHMU)……………….. ……….28 Dianing Widya Yudhistira (I LOVE YOU, IBU) ………………………………..29 Munajat Sunyi (ODE)………………………….. ………….....................................30 Indah Hairani (DENGAN PENA BAHASA)…………………………... ……....31 Ach. Shodiqil Hafil (SAJAK CINTA SEORANG LAKI-LAKI BERPECI KEPADA PEREMPUAN BERKERUDUNG PELANGI)……... …………….32 Eti Puji (ADALAH CINTA)……………. ……………………………………...33 Elis Tating Bardiah, S.Pd (JEMARI MEMORI MENGANTAR JAWAB) ……...34 Moh. Ghufron Cholid (SEBELUM BERANGKAT) …………………………...35 M. Hasan Sanjuri (AKU TELAH MENCINTAIMU SECARA DIAMDIAM)... 36 BIODATA PENYAIR…………….. …………………………………………...37 Weni Suryandari KETIKA PENYAIR BERCINTA 5 KEKASIH Kekasih, tlah kita gempur kejemuan Di sudut sudut rumah yang kita ukur Dengan lapis dusta dan asmara semu Semalam kalender usang tlah kita bakar Tak ada sesal sampai ke akar Bunga-bunga mekar Cintamu tak pernah pudar Kekasih, tlah kunikmati dini hari Seperti cinta agung dariNya Sambil berzikir basah oleh setubuh sakral Ah, jika kukata perkawinan adalah jeruji, Aku ingin abadi dalam jerujiNya Sebab setiamu tak terbatas Jika Rasullullah membolehkan ; Tentu aku bersujud di kakimu Mei 2010 KETIKA PENYAIR BERCINT6 A Nurul Aulia Latifah KISAH ITU kita yang dahulu tak mengenal tak menyapa kini ditaman itu kita di pertemukan.. kita dipersatukan, dijadikan ikatan ikatan nyata dalam persahabatan.. sapa kita dahulu merantau kini sapa begitu nyata bagiku hanya dalam hitungan waktu kita seakan begitu erat harapku pada satu waktu iktan ini takan pernah terputus takan raib terhapus oleh desiran itu takan terbawa arus permusuhan 28 Februari 2010 KETIKA PENYAIR BERCINTA 7 Shinta Miranda AKU INGIN MENEMANIMU air laut kental keperakan membuncah di karang berongga kikis setiap sarat hasrat di buih putih sisa rintih seperti menjerang masa panjang ada jejak silam terinjak di pasir pantai kusebut namamu yang telah hilang pada laut aku melempar angan setitik pasir mungkin debu jasadmu yang kuangkat dari hamparannya angin laut tak mampu menerpamu kuingin temanimu di atas batu karang pelabuhan ratu, 1 mei 2010. KETIKA PENYAIR BERCINT8 A Imron Tohari TADABUR CINTA Banyak sudah pedih kurasa Terjal berliku ujian Cinta Dalam kumbangan madu cekat Gejolak asmara terkungkung sekat O malam, malam suram bulan bertudung Kutulis sajak di mural jantung Kuseduh hikmah segala coba Menadaburkan cinta berkalam surga Kini, saat kembali mengingatmu Dalam kedalaman Istiqomah nurani Hangat air mata tiada lagi pilu : Karena jiwaku tlah berkhalwat ________________________________________ @ Imron Tohari _ lifespirit 3 Mei 2010 KETIKA PENYAIR BERCINTA 9 Pringadi Abdi Surya JALAN KENANGAN sejak kemarau satu tahun lalu itu, bangau dan burung-burung nasar tak lagi pernah hinggap di pohon jambu belakang rumah. sebab kandang ayam di sebelahnya sudah kosong tak berpenghuni direnggut influenza yang tak tahu caranya menyerang kami. daun-daun ranggas, ulat-ulat yang tabah mencerna angin sudah melanggar sumpah untuk setia pada batang pohon yang mulai mengenal kematian. seekor lebah tengah membangun rumah dari kotoran hidung, dan laba-laba masih menunggu tanpa kepastian kapan seekor nyamuk berani singgah untuk dibuatkan secangkir kopi. sejak kemarau satu tahun lalu itu, kami sudah tak pernah duduk di kursi lapuk dan tidur di atas kasur kapuk. kami berdiri dengan berani di atas genting menangkap kabar angin dari negeri seberang yang sudah mencuri layanglayang kami dulu. 04 Juni 2010 KETIKA PENYAIR BERCINT10 A Kwek Li Na TEPERANGKAP JALA ASMARA Hari hampir usai, nyanyian rindu belum selesai Di lembaran malam Kutulis surat tentang rindu yang dalam Embun sebentar lagi menguap Akankah dalam mimpi saling bertatap? Di dua tempat, sepasang angsa menahan gejolak rasa yang berat Cinta laksana panah bikin hati bernanah Sulit luput dari resah dan air mata Jika teperangkap jala asmara Taiwan, 12 Juni 2010 KETIKA PENYAIR BERCINTA 11 Dimas Arika Mihardja MENGUKUR JARAK KERINDUAN kicau murai pagi hari merayakan tetes embun ujung daun berayun serupa gerak pendulum ruang lengang merindumu pulang siapakah telentang berbantal resah? usai sudah mimpi basah! bengkel puisi swadaya mandiri jambi, 2010 Biodata Penyair KETIKA PENYAIR BERCINT12 A Isbedy Stiawan ZS TAMAN CINTA bunga yang kutanam pagi ini tak mekar. tak ada wanginya. ingin kusemai di lahan wajahmu, namun musim kering saat ini telah menguncupkan kelopaknya. di wajahmu ingin kubuat taman cinta 2010 KETIKA PENYAIR BERCINTA 13 Ersis Warmasyah Abbas AKU DATANG MEMINANG CINTA Kusapa kalian melalui pahatan warkah selami madah-madah jiwa merah bertukar salam meniti angin jabat erat di rumah masa gelombang cinta tanpa sua di belantara ranah kalian ku terdampar Ajari daku, wahai pencinta segala hikmah tentang kata-kata tentang kearifan tentang hidup tentang indah sanubari seperti kalian layari di samudera memberi rumah kedamaian hati purnama aku datang meminang cinta Banjarbaru, 5 Februari 2006 (11.15) KETIKA PENYAIR BERCINT14 A Handoko F Zainsam BIRAHI OMBAK Ada perawan menyulam cinta Saat senja dipetik cakrawala Bukan rupa kali mendera Rasa menawar rindu muka Biar! Biar luka teriak, “Ha ha!” Atau sederhanaannya rasa aku ingin Namun kita tetap dalam bilangan irisan Sunguh, tujuh lapis gelombang berlari gerhana rindu kuat menepi mengurai ombak Membopong tubuhmu “Aih, puisilah kau!” “Cepat pulanglah Dara Amuk rindu kian mengemuka!” Ciputat, April 2010 KETIKA PENYAIR BERCINTA 15 Saifun Arif Kojeh MENERJEMAHKAN RINDU Bila kutahu Bahasa air yang mengalir ke muara Sudah ribuan rindu mampu kuterjemahkan Rindu ingin terbang seperti burung merpati Dengan kesetiaannya Mengantarkan amanat pengirimnya Kepada orang yang ditujunya Rindunya Leuser mengarungi laut luas Menemui bidadari di ujung pulau impian itu Menantang ombak dan badai yang mengganas Untuk sampai di sana Berbagi perasaan yang telah melepas sauh di hati Bila kutahu Bahasa bintang menerangi malam Sudah ribuan rindu mampu kuterjemahkan Balber, 04032008 KETIKA PENYAIR BERCINT16 A Isma Wasingatun MARI BERCINTA SAYANG Mari bercinta sayang, saat lembab fajar masih menyapa ketika dingin masih menggelayut manja Mari bercinta sayang, saat terik surya mulai melanda ketika bayang tegak tak terasa Mari bercinta sayang, saat penatku makin meraja ketika bibir enggan tertawa Mari bercinta sayang, saat petang menjelma ketika raga mulai tak berdaya Mari bercinta sayang, saat ku mulai terlena ketika mimpi bukan lagi cerita Sekali lagi mari bercinta sayang, hingga nanti aku tak lagi nyata... KETIKA PENYAIR BERCINTA 17 Adrian kelana KUNISANKAN RINDU DI HATIMU malam ini aku menatap langit kelam tanpa suluh rembulan desau angin yang bersetubuh dengan daundaun bambu aku resah menggumam rindu yang bergelayut di reranting kalbu di sana adakah kau merasakan galau yang ku kirim bersama keranda cinta yang kupesan, lengkap kembang melati dan sepasang nisan ,bertuliskan rinduku telah terkubur pada lekuk hatimu yang dalam cintaku tak lagi terguras waktu walau jarak yang merentang telah kunisankan rindu di hatimu , sampai nyawa enggan di badan adrian kelana jakarta .24062010 KETIKA PENYAIR BERCINT18 A Sayuri Yosiana PUISI UNTUK IBU Seperti yang pernah kusampaikan pada ayah. "Aku tak pernah mampu membuat puisi untuk ibu. Setiap huruf kembali meloncat berpencaran dari barisan kata sebelum mengutuh kalimat. Lalu...bagaimana kupersembahkan sebentuk puisi bila setiap huruf menolak berbaris rapi, ayah?'' Ayah merunduk. Membantuku memunguti kembali huruf-huruf yang sengaja berjatuhan di kakiku. Huruf-huruf itu mengejekku. Namun ayah tetap percaya. Suatu saat huruf-huruf akan menjelma kalimat indah. Membariskan kata demi ibu. Lewat jemari putrinya yang ragu. Hari ini, setelah ayah pergi... Huruf-huruf berbaris anggun. Tiada lagi keangkuhan. Mereka membentuk kata, menjelma kalimat, mengutuh, penuh. Hatiku bersorak dalam duka. Ayah tak pernah sempat melihat... "Ibu...Mungkin kau tak pernah tahu. Betapa hati masih teteskan embun satu satu. membentuk aliran muara heningmu. Mengkristal dalam keabadian. Tak ada yang mampu menyelami kedalamannya. Selain hatimu..hatiku Langit kirimkan cerita tentang senja terakhir. Saat kupeluk tubuh lunglaimu meninggalkan cahaya kehidupan. Sisakan siluet senyum..mengubah matahari jadi bulan. Kini kuhanya mampu bersurat. Lewat bumi yang menadah rindu. Semesta mengirimnya lewat bisik angin petang.Yang kunanti tiap malam. KETIKA PENYAIR BERCINTA 19 Tahukah ibu? Setiap detik ingin kuceritakan lewat puisi. Tentang teman teman-baru yang membuat sunyiku jadi riuh. Atau tentang seseorang, yang mengirimkan puisi kematian. Mengubah rasa-rasa didada. Sepi..sunyi..senyap Menggores kelembutan hatiku. Yang terbuat dari hatimu. Namun bait puisi tak pernah mampu kurangkai. Menjadi siluet sosokmu. Bahkan senyummu yang diam. Hidup ini lucu ya, ibu ? Seperti yang pernah kau katakan. Bahwa damai lebih indah dari perang. Bahwa hidup memang perjuangan. Meski puisi setengah jadi. Namun rinduku menjadi-jadi. Ingin rasanya kuakhiri puisi ini dengan akhir yang senyum. Bahwa disini aku bahagia. Berteman puisi, dongeng pagi, siang dan malam. Demi malam yang menjelang fajar. Dan air terjun dimataku. Kukirimkan sebentuk kisah. Dan bait bait kata. Didalamnya ada hati yang meranum senyum. Seperti yang pernah kau ajarkan. Bacalah dan dekaplah. Agar getirnya hidup menjadi tawa yang sumringah. Ibu..kata orang diiparasku terukir keayuanmu. Semoga tak menjadi bencana semesta. Yang membuatmu menangis disana..." somewhere, Juni 2010 KETIKA PENYAIR BERCINT20 A Dedy Nur UNTUKMU BIDADARI Sejak mengenalmu ada keyakinan yang begitu kuat Menggenggam hati Jiwaku terbang bersama angin Kerena engkau begitu Indah laksana Bintang yang bertabur Ceria, adalah wajahmu Rambut yang terurai laksana sutra Halus seperti air Malam ini, aku benar-benar ingin memuji ketulusanmu Sejak dulu, aku senang memandang wajahmu Menyaksikan tawamu Dan tersenyum oleh waktu Untukmu jiwa ini akan terus ada Wahai pemilik malam, izinkan aku untuk menyentuh hatinya Berbisik lirih diujung pendengarannya Bahwa aku tak sanggup melawan dunia tampanya Untuknya kebahagianku akan kupersembahkan Bahkan jika aku sanggup mengenggam langit, akan kuberikan padanya. 27 Desember 2009 . KETIKA PENYAIR BERCINTA 21 Sandra Palupi CINTA Kau sayat tubuhku hingga getah kutemukan bahagia sebab terluka 2009 KETIKA PENYAIR BERCINT22 A Dave Sky KERNA GELAP TAK PERNAH BENAR-BENAR HILANG kerna ada yang jadi bayang-bayang maka gelap tak benar-benar hilang meskipun cahaya begitu benderang di rentang jarak mereka berkecipak kadang meluluh lantak aku seperti anai-anai dipermainkan jelai-jelai payah bersepai-sepai ini tak semata tentang rindu tapi juga cemburu yang beradu kerna semuanya kian membadai kerna semuanya begitu memberai ini tentang ingin yang ditelan angin semua kurasa telah menjadi angan yang terkulai lesu di jambangan @Dave Sky (2009).. KETIKA PENYAIR BERCINTA 23 Ananda Dwi TENTANG CINTA Pulang, pulanglah dengan peta urat-urat daun di likunya sudah teralamatkan satu rasa di golongan kepompong mengukir sayap-sayap untuk diterbangkan kemudian hinggap di jarimu. KETIKA PENYAIR BERCINT24 A Lia Salsabila SELAMAT MALAM SAYANG Selamat malam sayang Lelaplah dalam dekap malam Rasakan cinta dalam kesunyian Walau hanya tersampaikan lewat Nyanyian usang Selamat malam sayang Nyenyaklah dalam peluk malam Rasakan semesta berbisik Pada angin, bintang, dan rembulan Tentang kedamaian yang tak terusik Selamat malam sayang Mari lelap dalam hening malam Rasakan kedamaian mengalun Pada ayat ayat langit berkumandang Sampaikan kerinduan lewat zikir zikir panjang Kenanglah dalam ingatanmu sayang Rinduku selalu ada meski biasa saja Seperti pagi menanti matahari Dan malam menanti rembulan Selamat malam sayang Kenanglah aku dalam nadi dan nafasmu Agar aku yakin hanya aku dalam hatimu 160909 KETIKA PENYAIR BERCINTA 25 Zam Zamee TANPA CINTA bercerita tentang cinta bersama puisi yang kalian tulis aku malu dan membuatku bodoh tentang kata karena hingga kutak mampu menghitung senja cinta tak kunjung menyapa aku iri, iri pada cinta, yang kalian ramu menjadi tawa bahkan pada cinta, yang kalian eja menjadi bulir air mata : tertawa, menangis semua karena cinta ah, Cinta Haruskah aku mengadu pada bising tawa agar engkau berbelas kasih membagi bahagia Atau aku harus memelas pada sakit nestapa agar engkau sedikit kejam memberi derita Cinta, memang tanpa paksa 20042010 KETIKA PENYAIR BERCINT26 A Jurang Sepi KIDUNG RINDU ada fajar menantang langit di situ, ada indah menjerat-jerit ada magenta meredam langit ketika itu, hujan bukan lagi air ia rendam benak, alih-sulih jiwa terpaku pada senar-sinar pelita langit melejit telak ada genta-cinta pada tubuh serta jiwa ketika kau di sana, menyulam udara; kuhirup... udara lesap tak bersisa ada genderang perang bertabuh riuh ketika kau disana, menjahit angin; kulesap... angin hirup tak bersisa di tanah basah, di kelilingi ilalang aku coba hitung debu eja bahasa petir kiriman langit terjemah setiap gemericik hujan karena aku mau tangkap hadirmu kerap dan izinkan senandung lirih kidung bumiku kacau kau punya langit, sedikit saja biar lekas lantas lepas ini genderang meradang rindu; kau curah-gundahkan pada untaian hujan kau lesat-titipkan pada semilir petir kau embus-hempaskan pada senyapnya udara menuju tanah-resah basahku meremuk ambruk KETIKA PENYAIR BERCINTA 27 aku ada pada ilalang, memutari tanah basah masih hitung debu, eja petir, merumus hujan karena aku mau tangkap hadirmu kerap itu saja mauku, tapi hadirmu... KETIKA PENYAIR BERCINT28 A Abd. Qadir Jailani BERSAMA GENANG AIR MATA Bersama genang air mata yang tumpah bersama cinta Aku meraba ke dalaman hatimu Menyusuri ruang hampa tak bertepi Menapaki jalan terjal dan berbatu Aku telungkup dalam obituari Di kedalaman hatimu Ku temukan muara yang mengaliri gelombang percintaan kita Serupa perahu dan gelombang Kita berselancar menuju pelabuhan penantian terakhir Menabuh riak gelombang Di sebuah lorong tak bernama Kau taburi tubuhku dengan semburat ciuman tak bersuara Meski desahmu sesekali terdengar “ah…” Aku terdiam sejenak melihat lekat wajahmu Yang putih mulus tanpa noda Sambil sesekali ku saksikan Kau tengah asyik bercerita dengan tubuhku Menceritakan tentang keindahan dan kesedihan Di akhir cerita Kecupan ringan bibirmu menyatu dengan bibirku Mengganti bekas bibirnya di bibirku dengan bibirmu Bersama genang air mata Aku menatap senja di kedalaman matamu Dan ku katakan “…inikah akhir ceritamu…?” SSA, 07 Juni 2010 M. KETIKA PENYAIR BERCINTA 29 Erfan Setiawan AKU LUPA SEPARUH WAJAHMU melukis wajahmu dengan kanvas dahaga. patahan-patahan igau menguncup sembilu menjadi abjad-abjad yang tak terbaca. “aku terlanjur tidak mengerti tentang cinta” desahmu. sungguh telah kutapaki sejarah penuh biografi-biografi sunyi yang garam. menilam rindu pada setangkai harap yang basah disorot matamu. tajam “dik, tidak ada lagi yang berguna selain airmata” tiba-tiba saja bibirku bergetar dan aku benar-benar lupa separuh wajahmu. sedingin angin memuluk dedaunan, yang ada hanya gigil mata kanvasku berusaha mengingat separuh wajahmu yang kulupa. dik, aku rindu, rindu sekali. merapatlah kedinding waktu yang masih berkabut nyanyikanlah lagu yang sengaja kukirim lewat telegram sunyi atau larik-larik puisi lirisku yang tertinggal dikeheningan malam nemun maaf bila huruf-hurufnya mulai memudar, sebab waktu terus berkarat. atau bila kau tak lagi bisa membaca larik-larik puisi lirisku ini, disebabkan kabut terus menebal di bola matamu. tafsirkanlah butir-butir hujan yang kan singgah malam nanti. basahilah tubuhmu secangkir demi secangkir agar aku merasakan harum tubuhmu yang kasturi. dik, bila nanti aku berkunjung ke rumahmu dan aku lupa jalan KETIKA PENYAIR BERCINT30 A pulang tunjukkanlah aku peta warna merah yang dulu aku lukis di tangan kananmu di situ telah kutanam beribu bunga melati yang sengaja kupetik dari percintaan kita yang dibatasi oleh jarak: sunyi juga beribu doa yang kulafazdkan di setiap sujud tahajjudku : semoga hujan datang diakhir may nanti, akan kujemput separuh wajahmu yang kulupa. KETIKA PENYAIR BERCINTA 31 Dianing Widya Yudhistira I LOVE YOU, IBU Wajahmu membayang pada senyap, arloji yang meleleh juga langkah yang berkarat Gurat bibirmu membayang -- pada wajah anak-anak, angin yang sederhana juga keheningan langit senja Kemuning yang kautanam dihalaman rumah dulu tak lagi kokoh berseri. Ia telah merontokkan setiap daunnya merimbun di bumi yang melata Kini aku telah menjadi ibu Barangkali tak seperti engkau. Senantiasa datang dengan mawar jngga di tangan merayapi hati dengan keheningan. Wajahmu membayang pada butiran embun, jejak pelangi juga kehangatan matahari Wajahmu kian membayang menusuk-nusuk darah Aku masih ingat jalan pulang Depok, Dsember 2007 KETIKA PENYAIR BERCINT32 A Munajat Sunyi ODE Dengan apa aku harus mengukur rindu? -jika tidak dengan matamu sebab bagiku rindu lebih rumit dari rumus matematika yang diajarkan ibu guru di kota itu, apakah kau masih mengenangku? ketika gelap menyelimut saat mati lampu atau kau telah lupa akan kemesraan kita di taman bunga melintasi jalan-jalan kecil kota tua kau dekap aku, diatas dua roda kita melaju Dengan apa aku harus mengukur rindu? -saat wajahmu begitu jelas dalam khayalku semoga kau tahu; tak ada pedang setajam rindu setajam namamu (Yogyakarta, Maret 2010) KETIKA PENYAIR BERCINTA 33 Indah Hairani DENGAN PENA BAHASA Dengan pena bahasa kutulis bisik sukmaku dalam susun aksara rindu yang kian tua pada daun yang meluruh di halaman jiwa Ketika senja jingga kutulis setiaku yang dewasa pada pipi mentari dan ketika semilir angin mengucup bibir rembulan ketika embun mulai meniduri dada malam dan tinta masih tersisa kutulis lagi bisik sukmaku dengan pena bahasa dalam susun aksara kalimah cinta yang lebih sempurna KETIKA PENYAIR BERCINT34 A Ach. Shodiqil Hafil SAJAK CINTA SEORANG LAKI-LAKI BERPECI KEPADA PEREMPUAN BERKERUDUNG PELANGI alif ba ta alif lam mim karena cinta doaku tak pernah selesai di ujung amien Al-Amien, 2010 KETIKA PENYAIR BERCINTA 35 Eti Puji ADALAH CINTA Pernah kau bertanya pada senja yang merona. Mengapa dia biarkan malam diamdiam menyergap dan menutupnya dengan selubung hitam gelap? Padahal setelah semua terselimuti, malam pun pergi menjemput pagi. Karena cinta katanya, dan senja pun berlalu meninggalkanmu yang diam termangu. Lalu kau bertanya pada daundaun gugur pohon belimbing di taman samping. Mengapa dia biarkan diri terlepas dari sang induk lalu membusuk menjadi rabuk* ? Padahal setelah daun terurai, akar menyerapnya dan mengedarkan ke dahandahan tempat dia dulu pernah bertahan. Karena cinta katanya, dan daundaun gugur itupun mematung mengabaikanmu yang nampak linglung. Dan sore ini, kau bertanya padaku (lagi) Mengapa aku rela melepas jubah satriaku dan membiarkan diriku ikut mengembara bersamamu? Padahal kau hanya seorang sudra, pencinta katakata tanpa harta tanpa tahta. Karena cinta kataku, seraya menyodorkan secangkir kopi tubruk kesukaanmu. Kali ini kau mengerti dan tersenyum penuh arti. Adalah cinta, yang dengan rela mengikuti ke mana arah takdirnya. (2009) KETIKA PENYAIR BERCINT36 A cat. *rabuk : pupuk dalam bahasa jawa KETIKA PENYAIR BERCINTA 37 Elis Tating Bardiah, S.Pd JEMARI MEMORI MENGANTAR JAWAB Suatu siang engkau datang alamat apa yang kau bentang membawa segenggam bunga kamboja berbau melati yang kau tanam di bukit cinta beribu purnama hatiku berdesir mengalir bak air, sejuk kau singkap sobekan luka kecewa kau ulur jemari memori yang kini belum mati ribuan harap berceloteh ting! menghilang disapu realita tajamnya sembilu menoreh lebamnya rindu hingga pagi kauunjuk suara syahdu rindu menangkap erang tanyapun terlempar cintamu sedetik nadi jawabnya: "namun kekuatannya menghidupiku matamu masih tersimpan jauh di samudera cintaku pendaran warnanya mengisi tempurung jagad bathinku bumi berkerut langit terpecah detak jantungmu masih kurasa." by: 'Liz Bdg,23 Mei 2010 KETIKA PENYAIR BERCINT38 A Moh. Ghufron Choldu SEBELUM BERANGKAT Sebelum berangkat Ku mau Langit dan rumput Saling bersujud padaMu Sebelum berangkat Ku mau Riak dan gelombang Saling menjadi sajak Tentang jejakMu Sebelum berangkat Ku mau Badai dan sepoi Saling berpuisi Tentang rahman-rahimMu Sebelum berangkat Ku mau Terang dan petang Saling menjadi saksi Tentang kesempurnaan ciptaMu Al-Amien, 29 Juni 2010 KETIKA PENYAIR BERCINTA 39 M. Hasan Sanjuri AKU TELAH MENCINTAIMU SECARA DIAM-DIAM aku telah mencintaimu secara diam-diam tanpa pesan singkat atau dering panggilan di telpon genggam aku telah mencintaimu secara diam-diam tanpa mawar atau ukiran wajah dari pualam aku telah mencintaimu secara diam-diam tanpa surat cinta atau titipan salam aku telah mencintaimu secara diam-diam dengan puisi yang sebentar lagi akan terkubur dalam-dalam 09 Juli 2009 KETIKA PENYAIR BERCINT40 A BIODATA PENYAIR Weni Suryandari, Lahir di Surabaya 4 Februari 66, menulis puisi, cerpen dan novelette, Novelettenya pernah masuk kategori Terpuji Lomba Tabloid Nyata, 2008. Buku Antologi Puisi bersama : Merah Yang Meremah, Perempuan Dalam Sajak. beberapa Cerpen dan puisinya pernah dimuat di media cetak maupun maya ; Kompas.com dan melalui blog pribadinya. Nurul Aulia Latifah, lahir di Bogor 5 november 199, memiliki hobi, listening music, writing, reading, memiliki citat-cita menjadi seorang penulis puisi yang hebat, Guru, psikolog, Ahli Desain. Menjadi operator warnet,sampingan sebagai pngjar les,mendesain, menulis : puisi, cerpen adalah aktivitas yang sangat digemarinya. Berdomisili di : Bogor Ciomas , bubulak Alamat email che_auli@yahoo.com. CP : 08998571072 Shinta Miranda, lahir di Jakarta 18 Mei Pendidikan Sekolah Menengah Kesejahteraan Keluarga AtasMenulis sejak kelas 3 SD, karena pengaruh dari ibu yang seorang dosen sastra Inggeris (kini bermukim di Belanda) dan ayah almarhum yang seorang jurnalis.Karya puisi saya pernah dimuat di Surat Kabar Suara Pembaruan dan Suara Karya dan telah menerbitkan 2 buku antologi puisi berjudul Merah yang Meremah (bersama 9 penyair perempuan) dan Perempuan Dalam Sajak (bersama 8 penyair perempuan). Kini sedang menyiapkan sebuah antologi puisi tunggal dan sebuah novel. Imron Tohari, seorang penikmat sastra, menulis esai, puisi, tinggal di Lombok tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media, bisa juga dibaca di blog pribadinya http://lifespiritpuisisair.blogspot.com/ Pringadi Abdi Surya, kelahiran Palembang, 18 Agustus 1988. Terpilih menjadi Duta Bahasa Sum-Sel 2009. Kumpulan puisi tunggalnya berjudul ALUSI (Pustaka Pujangga, 2009) dan karya- KETIKA PENYAIR BERCINTA 41 karyanya termuat dalam beberapa antologi lain seperti Koloid (Kumcer Aksara, 2010), Kain Batik Ibu (Kumcer Pemenang Lomba Bumiputera), MGP (Puisi Mengenang Padang), G 30 S, Kepada Cinta (Gagas Media, 2009), dan Teka-Teki tentang Tubuh dan Kematian. Pun menulis di media cetak seperti Batam Pos, Harian Global Medan, Jambi Ekspres, Berita Pagi Palembang, Linggau Pos, Jurnal Bogor, dan Suara Merdeka. Karya lainnya bisa Kwek Li Na atau biasa dipanggil A Ling. Lahir di Semitau, Kalimantan Barat, 4 April 1979. Berpendidikan SMEAK IMMANUEL dan ABA Pontianak. Ibu dari dua putra. Hsu Sheng Hsin dan Hsu Sheng Fong. Saat ini berdomisili di Taiwan, bekerja di toko makanan penghangat milik keluarga. Di waktu luang senang membaca dan menulis apa saja. "Dengan menulis, mencoba mengungkapkan dan memindahkan segala rasa berharap bisa berbagi dengan sesama," ujarnya.Gunung dan pantai dua adalah tempat favoritKUBuku yang telah terbit :Antologi Puisi Merah Yang Meremah (bersama 10 penyair), Antologi Perempuan Dalam Sajak (bersama 9 penyair),Himpunan Puisi Padang 7,6 SR bersama Solidaritas 25 sastrawan dan JEJAK PARA KAUL I bersama 16 penulis dari Indonesia, Singapura dan Malaysia untuk gempa Padang Dimas Arika Mihardja (DAM) lahir 3 Juli 1959 di Jogjakarta. Sejak 1986 menjadi staf pengajar puisi pada Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Jambi. Gelar Doktor diraih 2002 dengan disertasi "Pasemon dalam Wacana Puisi Indonesia" (telah diterbitkan menjadi buku oleh Pusat Studi Penulisan 2003). Ada puluhan buku antologi puisi pribadi dan antologi bersama. Direktur eksekutif Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, Networker seni dan budaya, dan pembina Pusat Studi Teater di Kampu Isbedy Stiawan ZS. Saya lahir di Tanjungkarang, Lampung pada 5 Juni 1958 dan hingga kini masih menetap di kota yang KETIKA PENYAIR BERCINT42 A sama. Saya merupakan anak keempat dari delapan bersaudara pasangan Zakirin Senet (alm) bersuku Bengkulu dan Ratminah (Winduhaji, Sindanglaut, Cirebon). Saya memiliki lima anak dan dua cucu, buah perkawinan dengan istri tercinta, Adibah Jalili. Anak-anak saya: Mardiah Novriza (26), Arza Setiawan (24), Rio Fauzul (21), Khairunnisa (15), dan Abdurrobbi Fadillah (9) Menjadi pengarang adalah pilihan hidup saya. Selain menulis karya sastra (cerpen, puisi, esai sastra), kini saya aktif di Dewan Kesenian Lampung dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Lampung. Pernah diundang ke berbagai pertemuan sastra dan budaya di Tanah Air dan luar negeri seperti Malaysia, Thailand. Sempat membacakan puisi-puisinya di Utan Kayu Internationan Binnale (2005), Ubud Writers and Readers Festival (2007), dan lain-lain. Karya-karya sasya dipublikasikan di Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Suara Pembaruan, Jawa Pos, Suara Merdeka, Sinar Harapan, Suara Karya, Pikiran Rakyat, Republika, Horison, Kedaulatan Rakyat, Lampung Post, Radar Lampung, Riau Pos, dll. Handoko F Zainsam, lahir di Madiun, 06 Oktober 1975. Ia pengagas dan pendiri Komunitas Mata Aksara (KomMA) Jakarta. Karya-karyanya: Risalah Luka Sang Pecinta—Tahun 2000 (Prosa Liris); Antologi Puisi Bersama Sastra Jawa (2001); I’m Still A Woman—Tahun 2005 (novel); Antologi Puisi Kota Sunyi Tahajud Cinta Kunang-Kunang (2009). Kenang Sebayang Antologi Bersama Puisi Lekas (2010). Kini sedang menyelesaikan kumpulan puisinya “Ma’rifat Bunda Sunyi” dan “Kitab Negeri Hening”. Beberapa karya lain pernah dimuat di berbagai media cetak seperti; Jawa Pos, Koran Republika, Jurnal Bogor, Majalah Matra, dll. Ersis Warmasyah Abbas, dosen pada FKIP Unlam Banjarmasin. Lahir di Muara Labuh, Solok Selatan, 15 November 1957. Magister Pengembangan Kurikulum Pendidikan IKIP (UPI) Bandung (1995), Alumnus Pendidikan Teori, Metodologi dan Aplikasi Antropologi UGM (1993), pernah kuliah di PK Fakultas Filsafat UGM (1982), Sarjana IKIP (UNY) KETIKA PENYAIR BERCINTA 43 Jogja (1980) Sarjana Muda IKIP (UNP) Padang (1978), dan alumnus PGAN Padang (1975). Karya-karyanya dimuat diberbagai media, seperti Kedaulatan Rakyat, Berita Nasional, Sinar Harapan, Suara Pembaharuan, Jayakarta, Kompas, Haluan, Bandung Pos, Radar Banjarmasin, Dinamika Berita, Pelita dan media cetak lainnya. Era 1986-1990 aktif di Perwakilan HU Pelita Jawa Barat dengan puncak prestasi jurnalistik Suplemen Lustrum VII IKIP Bandung. Menerbitkan antologi puisi: Surat Buat Kekasih (2006) dan terbitan bersama: Garunum (2006), Taman Banjarbaru (2006), Tajuk Bunga (2006), Kolaborasi Nusantara dari Banjarbaru (2006). Penyunting antologi puisi: Hamami Adaby: Kaduluran (2006), dan kumpulan cerpen Jamal T. Suryanata: Bulan di Pohon Cemara (2006). Kini menjabat sebagai Pemimpin Umum GAGAH dan Bandjarbaroe Post adalah Presiden LPKPK. Melakukan kerjasana dengan Asia Foundation, PT Djarum Kudus, Pemda Kabupaten dan Kota dan lembaga lainnya. Saifun Arif Kojeh adalah nama pena dari Rd. Sarifudin, yang terlahir di Durian Sebatang, 8 Desember 1977 dari rahim Raden Ajeng Jetiah Bujang Saheran dan ayahandanya Raden Koman Sahar. Menulis karya sastra sejak masih Sekolah Menengah Umumkelas tiga sampai sekarang. Karyanya berupa puisi, cerpen, cerber, novel mini, novel, Diari Seorang Penulis, Catatan Harian Seorang Penulis, bahkan kini merambah menulis artikel populer di berbagai media massa. Memiliki semboyan dalam menulis, “Suatu coretan kreatif sependek apapun dalam menuangkan impresi atau ekspresi jiwa akan melahirkan keindahan rasa yang terasa bagi orang yang merasa.” Karya-karyanya yang telah terbit dalam bentuk buku Cerpen Tunggalnya, Kembalinya Tarian Sang Waktu (Literer Khatulistiwa, 2010) dan Puisi tunggalnya adalah Tafakur Cinta (Pijar Publishing, 2006) dan Sembahyang Puisi; menerjemah rindu (Literer Khatulistiwa, 2010). Juga terkumpul dalam karya bersama seperti antologi bersama Bianglala terbitan BKK Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan Pontianak edisi 2001. Alumnus SMA Negeri 2 Pontianak dan FKIP Untan Pendidikan KETIKA PENYAIR BERCINT44 A Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah ini sekarang mengabdikan dirinya sebagai guru. Berbagai pengalaman dalam dunia tulis menulis banyak dilaluinya. Kalau ingin lebih mengenal lebih akrab tentang penyair maka bisa mengunjungi langsung alamat karya penyair di situsnya: Http://msaifunsalakim.blogspot.com/ danHttp://kemuliaancintasakim.blogspot.com/. Atau bisa dengan cara menghungi penyair di Kontak person: Jalan Atot Ahmad Nomor 05, Perumnas II, (0561) 778384, Nomor HP (085252411358), Pontianak 78113. Isma Wasingatun Terlahir di kota gaplek "Wonogiri", pada tanggal 06 Januari 1989. Sekarang masih menempuh studi sebagai mahasiswi semesterakhir program studi gizi di salah satu universitas swasta di Surakarta. Suka menulis sejak SD hingga sekarang. Beberapa karya puisi pernah dimuat disalah satu koran harian lokal di kota "The Spirit of Java" ini. Tulisan tidak hanya sebatas puisi dan cerpen remaja, namun akhirakhir ini sudah mulai menulis ilmiah populer juga. Karya-karya lainnya bisa dilihat di Blog pribadinya ismawasingatoen.blogspot.com/. Kini berdomisili di Jln.Deposito no.1 Nilasari,Pabelan,Kartasura,Surakarta. Segala hal yang ingin ditanyakan pada penyair bisa dikirim via email isma.wasingatoen@gmail.com atau via handphone HP:085642493321 Adrian kelana, lahir di kampung pujangga lama.bukit tinggi.ranah minang . 15 Desember 1976. Beristrikan mualaf gadis keturunan tiongho aktifitas. Wiraswasta di jakarta.Ikut dalam buku .antologi puisi tarian ilalang. Sayuri Yosiana, lahir dan besar di Jakarta. Menyukai dunia seni, sejarah dan heritage. Punya hobi membaca, fotografi dan travelling. Karya-karyanya belum banyak. Diantaranya pernah dimuat di kompas.com berupa prosa dengan judul Tiga wajah ibu dan Ketetapan Di Penghujung malam, masih menggunakan nama Pena DaraJingga. Lalu fiksi anak, Angela kecilku (judul KETIKA PENYAIR BERCINTA 45 asli, Angela dan petualangan kecilnya) dimuat di media cetak Jurnal Perempuan edisi 65. Serta beberapa esai yang tersebar di beberapa situs online seperti andaluarbiasa.com dan visimuda.com. Bersama rekannya, Andre Birowo mendirikan dan mengelola situs kesehatan holistik kabarsehat.com. Serta dipercaya sebagai marketing kreatif di sekolah menulis visikata.com. Saat ini masih aktif bekerja menekuni dunia bisnis online, serta menerima jasa editing dan pengembangan tulisan untuk naskah-naskah ringan berupa fiksi dan non fiksi. Bercita-cita membuat kumpulan cerpen, novel, esai dan puisi dalam bentuk buku atau format ebook. Segala hal menyangkut penyair bisa langsung ditanyakan via email sy@sayuriyosiana.com atau lewat via Hp di nomer 0856 9291 3223, 0819 3227 5033. Karya lainnya bisa dibaca dib log pribadinya http://www.sayuriyosiana.com Dedy Nur Lahir didesa kaloang Sulawesi Selatan 23 Agustus 1981, Penikmat Sastra Sandra Palupi, Lahir di Jakarta, 1 April 1972. Tinggal di Semarang. Ibu rumah tangga dan bekerja di sebuah yayasan pendidikan. Penyinta puisi... Davit Arianto. Dave Sky adalah nama pena saya. Lahir 10 April 1980. Kegemaran tentunya menulis, membaca dan melakukan kegiatan yang berhubungan dengan alam. Buku Antologi yang sudah pernah terbit adalah Antologi 44 Penyair Bandung "Ziarah Kata-kata" (2010) dan "Suara-suara Nurani Kemanusiaan" Ananda Dwi, lahir di Banjarmasin 15 Januari 1976. Pekerjaan swasta. Menulis puisi sejak 1987 sampai sekarang di bawah bimbingan Kony Fahran wartawan senior di Kaltim yang juga penyair dan cerpenis. Lia Salsabila, lahir di bulan yang dinaungi bintang cancer, tepatnya di bulan juli tgl 17 bershio anjing. suka sastra setahun KETIKA PENYAIR BERCINT46 A yang lalu yaitu bulan mei 2009. Aktifitas sekarang, mengelola taman baca sosial dan bermain dengan anak-anak yang berkunjung di dalamnya. Karya-karyanya tersebar diberbagai media. Karya-karya lainnya bisa di lihat di blog pribadi antara lain www.ladangsastra.com, www.lia-kekasihhati.blogspot.com dan www.liasalsabila.multiply.com alamat asal jember jawa timur, email : yulia.yulia@rocketmail.com Zam Zamee, Lahir di Bangkalan, 28041989 berdomisili di Blega Bangkalan Madura. Kontak: +6281 937 3333 49. E-Mail: emje.a6@gmail.com Retno Handoko memiliki nama pena Jurang Sepi.Mahasiswa lulusan Fakultas Sastra Inggris Universitas Islam Sumatera Utara. adalah seorang pengelana kelahiran Kelahiran. Kini berdomisili di Jl. Tirta Raharja II F/267 Jati kramat, jati asih , Bekasi. Jalan Cendana Gang 4 Samarinda Abd. Qadir Jailani---Lahir dan besar di madura tepatnya di pedalaman kota sumenep (Lenteng). Sekarang masih melanjutkan studinya di TMI Al-Amien Prenduan (kelas akhir). Sekarang menjabat sebagai Pemred Khazanah sisipan majalah Qalam. Beberapa bukunya yang akan segera terbit Menatap Masa Depan Bangsa dan antologi tunggal puisinya Selembar Kertas Purnama. Penulis bisa dihubungi melalui E-Mail aq_jeilaniel_a90@yahoo.com atau di no Hp. 081703581866 Erfan Setiawan. Lahir Ganding, Sumenep 07 Agustus 1990. Kini penulis masih melanjutkan studinya di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan, Sumenep, Madura, dan aktif di berbagai komunitas sastra. Antara lain: Sanggar Sastra Al-Amien (SSA), Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI) cabang Sumenep, Forum Lingkar Pena (FLP) ranting Al-Amien dan Forum Bahasa dan Sastra Indonesia Beberapa karyanya berupa puisi dipublikasikan di lokal dan nasional. Antologi puisinya yang pertama Di Bawah Sayu Matamu. KETIKA PENYAIR BERCINTA 47 Dianing Widya Yudhistira, lahir di Batang 6 April 1974. Menulis puisi, cerpen dan resensi buku, mulai tahun 1992. Dipublikasikan ke berbagai media antara lain Republika, Media Indonesia, Koran Tempo, The Jakarta Post, Nova, Horison (Jakarta), Wawasan, Cempaka, Suara Merdeka (Semarang), Memorandum, Jawa Pos (Surabaya), Pikiran Rakyat (Bandung), Waspada (Medan), Serambi Indonesia (Banda Aceh), Suara Nusa (Nusa Tenggara Barat), Bali Pos (Denpasar), Majalah GEN dan Tunas Cipta (Malaysia) dan Bahana (Brunei Darussalam). Kemampuannya dalam menulis tidak diragukan lagi, dari tangannya banyak lahir buku bersama seperti, antologi puisi “Mimbar Penyair Abad 21” (1996), “Forum Pesta Penyair Jawa Tengah 1993” (1993), “Dari Negeri Poci II” (1994), “Dari Negeri Poci III”, “Antologi Puisi Indonesia” (1998), “Kicau Kepodang IV” (1997), “Refleksi Setengah Abad Indonesia Merdeka” (1995), “Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia” (ed Korrie Layun Rampan, 2001) , “Surat Putih 2” (2002), “Kiara I” (2000), “Kiara II” (2003), “Aceh dalam Puisi” (2003), ”Bisikan Kata, Teriakan Kota” (2003), “Mahaduka Aceh” (2005), dan lain-lain. Cerpennya bisa ditemukan dalam sejumlah antologi cerpen, seperti kumpulan cerpen “Kembang Manyang” (2000), “Dunia Perempuan” (ed. Korrie Layun Rampan, 2002), “Yang Dibalut Lumut” (CWI, 2003), “Kota yang Bernama dan Tak Bernama” (2003), “Bunga-Bunga Cinta” (Senayan Abadi, 2004), “Jika Cinta….” (Senayan Abadi, 2004). Novelnya “Sintren”, termasuk lima besar Khatulistiwa Literary Award 2007. Perempuan Mencari Tuhan”, Penerbit Republika 2007). Kumpulan cerpen tunggalnya “Kematian yang Indah” (Grasindo, 2005). Novel terbarunya “Nawang” (Pustaka Republika, 2009) dan “Weton” (Grasindo, Oktober 2009). Kini ia sedang menunggu terbit kumpulan esainya tentang perempuan berjudul “Satu Istri Saja Cukup”. Tahun 1996 diundang dan mengikuti “Mimbar Penyair Abad 21” di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Desember 2003 diundang Dewan Kesenian Jakarta untuk baca puisi dalam forum “Temu Sastra Jakarta”. Kini tinggal di Perumahan Vila Pamulang, Blok Dj-7/8, Pondok Petir, Sawangan, Depok 16517, KETIKA PENYAIR BERCINT48 A Email: dianing@gmail.com dan dianingwidya@yahoo.com. Facebook: http://www.facebook.com/dianingwy Munajat Sunyi, nama pena dari Badrul Munir Chair. Lahir di pesisir Ambunten (sebuah desa di pantai utara Sumenep- Madura), 1 Oktober 1990. Alumnus PP. Darul ’Ulum Jombang. Menulis cerpen dan puisi, karya-karyanya dipublikasikan di beberapa media lokal maupun nasional, serta masuk dalam sejumlah Antologi bersama, diantaranya antologi cerpen Di Pematang Pandanaran (Matapena, 2009), Bukan Perempuan (Grafindo-Obsesi, 2010), dan beberapa antologi puisi, seperti Diorama (Antologi Penyair Tanpa Bilangan Kota) (Pondok Mas, 2009), Antologi Puisi Penyair Nusantara Musibah Gempa Padang (E Sastera, Kuala Lumpur 2010 ), kumpulan cerpen duetnya (bersama seorang teman) yang sudah terbit berjudul Bangkai dan Cerita-Cerita Kepulangan (FUY, 2009). Salah satu cerpennya memperoleh juara pertama dalam sayembara penulisan cerpen inspiratif Ramadhan tingkat mahasiswa se- DIY 2009, serta memperoleh beberapa penghargaan dalam lomba cipta puisi dan cerpen. Kini melanjutkan studinya di jurusan Teologi dan Filsafat fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, aktif bergiat di Masyarakat Bawah Pohon Yogyakarta. Bisa dikunjungi di blognya: badrulmunirchair.blogspot.com, alamat email: eyoung_bmc @yahoo.co.id, dan munajatsunyi@gmail.com. Kalau ingin lebih mengenal penyair bisa menghubungi via handphone 085655464263/081915520846. Kini penyair tingggal di Jl. Bimo Kurdo no. 28 RT/RW: 23/07 Sapen-Yogyakarta. Indah Hairani Ialah seorang Ahli Jawatan Kuaasa Group Teater Asyik Terengganu dan Ahli Persatuan Penulis Terengganu (PELITA), menyukai duania tulis menulis bergenre Skrip Drama, Cerpen, Puisi dan Novel. Karya-karyanya bisa dibaca di blog pribadinya http://indah-hairani.blogspot.com. Kini penyair tinggal di Jalan Bukit Nenas Tepoh NO 79 A, Kode Pos 21060 Kuala Terengganu. Segala hal yang ingin disampaikan pada KETIKA PENYAIR BERCINTA 49 penyair bisa dihantarkan ke alamat email indah_hairani@yahoo.com Ach. Shodiqil Hafil: lahir di Pamekasan, 3 Februari 1988. Pimpinan Redaksi Buletin El-Dy Ghize (2003-2004), Redaktur Majalah Qalam (2004-2006), anggota Sanggar Sastra Remaja Indonesia (SSRI), Koordinator Sanggar Matahari Pamungkas, Pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA) dan sekarang sebagai Kepala Perpustakaan MA TMI Al-Amien Prenduan. Puisi-puisinya dimuat di Sabili, Kuntum, Radar Madura, Mimbar (MPA), Qalam, Horison, dan Annida. Juara I Cipta Puisi Kandungan Al-Quran se- Jawa Timur dalam Pospeda di Malang (2005), dan menjadi utusan Jatim dalam Pospenas III di Medan (2006). Pada 2009 lalu meraih juara III dalam Lomba Pidato Bahasa Indonesia antar mahasiswa se Jawa-Kalimantan di Bandung. Puisipuisinya terangkum dalam buku Mengasah Alif (2007) dan Akar Jejak (2010). Eti Puji, penikmat sastra yang mencoba menuangkan isi kepalanya ke dalam kata-kata. Tinggal di Jakarta. Elis Tating Bardiah, S.Pd, lahir di Bandung, 01 Maret 1978. Ia seorang Alumnus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Jurusan Akuntansi. Ia seorang guru di dua SMA swasta (SMA Muhammadiyah 1 dan SMA PGRI 2 Bandung) sebagai guru Mata Pelajaran Ekonomi dan Akuntansi dari tahun 2004 sampai sekarang Mulai menekuni dunia puisi 2009 dan pernah diminta mengendorse buku “Merancang Masa Depan Buah Hati” Karya H. Mulyadi, M.M Oleh Penerbit Pustaka Hidayah Bandung. Karya-karya yang lain bisa dibaca di blog pribadinya http://www.raudhohqolbu.blogspot.com di samping itu mulai dari bulan Maret 2010 karyanya ditampilkan/dibaca pada acara amal Majelis Sastra Bandung dan 4 Perempuan. Kini penyair sedang dalam proses pembuatannya. Penyair berdomisi di Jl. Pasir Salam No. 29 Bandung 40254. Segala hal yang ingin ditanyakan bisa langsung dikirim ke alamat email jiwaperindu@yahoo.com/ KETIKA PENYAIR BERCINT50 A lizkhoirunnisa@gmail.com/lizkhoirunnisa@yahoo.com atau di nomer handphone 0812 218 42242 Moh. Ghufron Cholid, lahir di Bangkalan 07 Januari 1986. Putra KH. Cholid Mawardi dan Nyai Hj. Munawwaroh. Semenjak kecil akrab dengan kehidupan pesantren. Semenjak nyantri mulai akrab dengan dunia tulis menulis. Ia adalah seorang guru MTs TMI Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 di selasela senggangnya ikut membina di Sanggar Sastra Al-Amien Prenduan, di samping itu sebagai pendiri SastraSunser317 di Facebook. Karya-karyanya dipublikasikan diberbagai media baik cetak seperti Buletin Sidogiri, Majalah QA, Majalah QALAM, Majalah Kuntum (Joqja), Majalah Bongkar dll maupun diberbagai media online seperti mediasastra.com, puitika.net, antologi.net, PENA (Persatuan Penulis Nasional, dengan situs penulisnasional.ning.com) , http://www.poemhunter...., esastera.com sejenis majalah online tingkat asia dll. Terkumpul dalam Antologi Mengasah Alief (2007) bersama 10 Penyair Al- Amien, Antologi Puisi Yaasin (2007), bersama seluruh pesantren se jawatimur, Toples (2009) bersama Mahasiswa jogjakarta, Antologi Puisi Akar Jejak (2010) antologi bersama para penyair Al-Amien yang dilaounching bukunya bertempat di pondok pesantren al-amien bertepatan dengan acara SBSB yang dihadiri oleh Bapak Taufik Ismail, Jamal D Rahman, Iman Sholeh, D Zawawi Imron, Joni Ardinata. Kumpulan Puisi Heart Weather adalah kumpulan puisinya yang diterbitkan via ebook tepat pelaksanaan SBSB.selebihnya adalah antologi puisi yang diterbitkan secara pribadi. Kini penulis tinggal di Pondok Pesantren Al-Amien Prenduan Sumenep Madura 69465 untuk mengabdikan diri sebagai tenaga edukatif. Alamat email putra_blega@yahoo.com /lora_sun31@yahoo.com CP 087852121488 M. Hasan Sanjuri ia adalah penyair lombok yang kini menjadi salah seorang pembina Sanggar Sastra Al-Amien (SSA). Karyakaryanya tersebar diberbagai media baik lokal maupun nasional. Di samping itu terkumpul dalam berbagai buku KETIKA PENYAIR BERCINTA 51 antologi seperti CAHAYA KATA, dan Kumpulan Puisi Bumi Gora yang ditulisnya di lounching di Gedung Serba Guna TMI Putri berbarengan dengan acara SBSB yang dihadiri oleh D Zawawi Imron, Taufik Ismail, Iman Soleh, Joni Ariadinata, Jamal D Rahman dan beberapa penyair lainnya.