"Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca. Katakanlah, 'Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi Rasul'." (Q.s. Al-Isra': 93).
Di tempat lain, Allah menyebut hal-hal yang mencegah turunnya tanda-tanda alamiah yang mereka usulkan. Firman Allah swt.: "Dan sekali-kali tidak ada yang menghalang-halangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang yang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Tsamud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti." (Q.s. Al-Isra': 59).
Dalam surat lain Allah menolak permintaan turunnya tanda-tanda yang lain dengan mengatakan bahwa Al-Qur'an sendiri sudah cukup untuk menjadi tanda bagi Muhammad saw.
Allah Ta'ala berfirman: "Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Alkitab (Al-Qur'an), sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al-Qur'an) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman." (Q.s. Al-Ankabut: 51).
Hikmah Ilahiah telah menghendaki mukjizat Muhammad saw. merupakan mukjizat akliah dan moral, bukan mukjizat kongkrit dan material. Hal itu dimaksudkan supaya lebih layak dengan kemanusiaan setelah melewati tahap-tahap masa kanak-kanaknya dan lebih layak dengan tabiat risalah penutup yang kekal
Mukjizat-mukjizat nyata berakhir begitu ia terjadi. Adapun mukjizat akliah, ia akan tetap kekal.
Hal itu dikuatkan oleh hadis dalam Shahih Bukhari dari Nabi saw, beliau bersabda:
"Tidak ada seorang Nabi diantara Nabi-nabi yang diutus, melainkan ia diberi tanda-tanda (mukjizat) dan kepadanya manusia beriman, tetapi apa yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku. Maka, aku berharap menjadi Nabi yang terbanyak pengikutnya diantara mereka pada hari Kiamat." (H.r. Bukhari).
Menurut pendapat saya, yang mendorong untuk mengambil sikap tersebut ada dua perkara:
a.
Terpukaunya manusia di zaman kita ini oleh berbagai ilmu pengetahuan (sains) yang berdiri diatas kenyataan,
sebab-sebab dan keharusan pengaruhnya pada musababnya, sehingga sebagian orang mengira bahwa kelaziman akal tidak dapat luput dalam suatu keadaan. Maka, api harus membakar, pisau harus memotong, benda mati tidak mungkin berubah menjadi hewan, dan orang meninggal tidak mungkin dapat hidup kembali.
b.
Sifat berlebihan pada jenis pertama dalam menetapkan peristiwa-peristiwa luar biasa sebagaimana perkara hak dan batil, hingga nyaris membatalkan hukum sebab-sebab dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan Allah bagi alam semesta ini.
Ketiga:
Pendapat pertengahan antara orang-orang yanberlebih-lebihan dalam mempercayai dan keterlaluan dalam mengingkari. Ia adalah pendapat yang saya kuatkan dan saya ikuti.
Kesimpulan Pendapat Ini:
1.
Al-Qur'anul Karim adalah tanda terbesar dan mukjizat pertama dari Rasulullah Muhammad saw. dan Al-Qur'an merupakan tantangan bagi ahli-ahli sastra bahasa Arab khususnya dan bagi seluruh manusia umumnya. Dengan Al-Qur'an, kenabian Muhammad memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan kenabian-kenabian sebelumnya. Dalil atas kenabiannya yang benar adalah obyek risalahnya itu. Ia adalah Kitab yang merupakan mukjizat yang mengandung hidayat dan ilmu-ilmunya, keindahan lafal dan maknanya serta penjelasan hal yang gaib di masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.
2.
Allah Ta'ala memuliakan penutup Rasul-rasul-Nya dengan tanda dan peristiwa luar biasa yang nyata dan bermacam-macam. Tetapi Allah tidak memaksudkan semua itu sebagai tantangan, yakni untuk menegakkan hujjah atas kenabian dan risalahnya yang benar, melainkan sebagai penghormatan atau rahmat dari Allah dan kekuatan baginya serta pemeliharaan terhadapnya bersama-sama orang-orang yang beriman dengannya, jika dalam keadaan sulit. Oleh karena itu, peristiwa-peristiwa luar biasa itu tidak terjadi untuk memenuhi permintaan orang-orang kafir, bahkan sebagai rahmat dan kemuliaan dari Allah bagi Rasul-Nya dan kaum Mukmin. Dalam hal itu, misalnya peristiwa Isra' yang telah disebutkan dengan jelas dalam Al-Qur'an; dan Mi'raj yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an dan disebutkan dalam hadis-hadis yang shahih. Turunnya para malaikat untuk mengukuhkan dan membela orang-orang yang beriman di Perang Badar, turunnya hujan untuk memberi minum dan membersihkan mereka, mengukuhkan kaki mereka pada saat hal itu tidak dialami oleh kaum musyrikin, padahal mereka berada di dekat kaum Muslimin. Perlindungan Allah terhadap Rasul-Nya dan sahabatnya di dalam gua ketika hijrah, dan meskipun kaum musyrikin menemukan tempat itu, sehingga andaikata salah seorang dari mereka melihat ke bawah, tentulah kedua orang itu akan terlihat, dan lain-lain yang tercantum dalam nash Al-Qur'an.