PENYELEWENGAN SEJARAH: ISKANDAR ZULQARNAIN VS ALEXANDER THE CONQUEROR Dalam Islam, kita temukan berbagai macam usaha perusakan dan penyimpangan. Contoh mengenai perusakan kebiasaan (link: Sepele), dalam pakaian (link: Jilbab), dalam tingkah laku (link: Dewi Perssik). Selain dalam ucapan dan tingkah laku, penyelewengan terhadap islampun terjadi dalam hal sejarah. Yaitu perubahan penggambaran dan bentuk ideologi seseorang ataupun suatu kaum pada masa lalu secara sepihak dengan maksud untuk mendapatkan kebesaran nama tokoh tersebut dan memenangkan ideologinya. Kalau di Indonesia ada beberapa kasus seperti kisah Raja Sisingamangaraja yang (kalau saya tidak salah) memakai mata uang bertanda islam tapi kemudian disembunyikan agar seakan-akan Sisingamangaraja beragama lain. Ada pula Capitan Pattimura yang (kalau tidak salah lagi) dia bernama Ahmad Matulessi, tapi hal ini juga disembunyikan dan dia dinyatakan bukan islam. Mungkin masih banyak lagi tokoh-tokoh lain yang kurang terkenal atau jarang diketahui publik mendapat perlakuan seperti itu juga. Mereka seharusnya kita doakan tapi karena kita mendapat data sejarah yang telah direkayasa (seakan-akan mereka bukan islam), maka mereka tidak mendapatkan doa dari anak turunnya, tidak juga mendapatkan doa dari saudara seiman dalam islam. Itu baru di Indonesia, tokoh duniapun demikian. Sering kita dengar Iskandar Zulqarnain adalah anak dari Philip XI dari Yunani (Macedonia), yaitu seorang raja yang beragama tidak karuan (menyembah dewa). Iskandar anak Philip ini (Alexander), karena dianggap sebagai Iskandar Zulqarnain yang tercantum dalam Alqur’an, maka dia mendapat tempat mulia dalam pendidikan dan pengajaran Islam dan menjadi cerita menarik di berbagai lembaga pendidikan Islam. Salah satu proses penyimpangan sejarah ini adalah minimnya fakta sejarah serta adanya penulisan dalam berbagai kamus dan literatur sejarah yang tidak betul oleh orang diluar Islam. Di dalam kamus Bahasa Arab Munjid karangan Lewis (nasrani) Libanon pada awal abad 20 ditulis bahwa Iskandar Al Kabir adalah anak Philip yang bernama lain Iskandar Zulqarnain, dan ini masih menjadi salah satu kamus yang dipakai di beberapa lembaga islam (saya hanya mengomentari mengenai penulisan Iskandar Zulqarnain sebagai anak Philip di dalam kamus ini, bukan mengkritik keseluruhan isi kamusnya, karena pada dasarnya kamus ini sangat bagus dan bermanfaat untuk menunjang pendidikan bahasa Arab). Akhirnya buku-buku lain yang merujuk hanya kepada pernyataan bahwa Zulqarnain adalah anak Philip menjadi ikut salah kaprah. Mengenai Zulqarnain, patokan pertama adalah bahwa dia membuat tembok pembatas atas suatu kaum. Para ahli sejarah dan arkeologi banyak menemukan bukti-bukti tembok raksasa kuno (lebih kuno daripada tembok China), dan juga jauh dari masa Alexander Macedonia. Sedangkan di dalam Alqur’an disebutkan kisah Zulqarnain QS.Al-Kahfi 83-99. Diantara arti ayat-ayat yang menceritakan tembok pembatasnya adalah: “Hingga dia (Zulqarnain) telah sampai di tempat matahari terbenam, dia melihatnya terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan disana ditemukan suatu kaum (tidak beragama). Kami berfirman: ‘Wahai Zulqarnain! Engkau boleh menghukum atau berbuat kebaikan (mengajak beriman) kepada mereka’.” (86). “Hingga ketika dia sampai di antara dua gunung, didapatinya dibelakangnya suatu kaum yang hampir tidak memahami pembicaraan.” (93). “’Berilah aku potongan-potongan besi!’. Hingga ketika besi itu telah sama rata dengan kedua puncak itu, dia berkata, ‘Tiuplah api itu!’ Ketika itu sudah menjadi api (merah), diapun berkata, ‘Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar ku tuangkan ke atasnya!’.” (97). “Maka mereka (Ya’juj dan Ma’juj) tidak dapat mendakinya dan tidak dapat melubanginya.” (97). Perbedaan di antara Alexander Macedonia dengan Zulqarnain adalah: Alexander Macedonia: (1) Penyembah berhala, (2) suka sesama jenis, (3) penjajah dengan segala cara (datang, merusak, dan merampas), (4) tidak membangun tembok pembatas. Iskandar Zulqarnain: (1) Menyembah Satu Tuhan, (2) mendapat firman (ilham atau wahyu), (3) tidak mengambil harta negeri jajahan secara dzalim, (4) membuat tembok pembatas untuk melindungi negeri yang didatanginya. Jadi, sangat jelas bahwa Alexander Macedonia pastilah bukan Zulqarnain yang disebutkan di dalam Alqur’an, dan ummat Islampun harus segera berhenti menyanjung Alexander Macedonia sebagai Iskandar Zulqarnain. Dengan banyaknya versi sejarah mengenai Zulqarnain dan pengaruh lamanya waktu kejadian, muncul beberapa versi juga di dalam Islam. Diantaranya: Yang pertama, ada yang memperkirakan dia adalah Darius, Raja Persia kira-kira 300-an tahun sebelum masa Alexander, atau Cyrus, atau beberapa generasi lebih tua lagi. Jika mengikuti perkiraan ini, maka berarti Darius menjelajah dan membuat tembok pembatas dari kaum Yunani (termasuk Macedonia) yang suka menyerang negara lain dan dianggap sebagai bagain dari Ya’juj dan Ma’juj, kemudian memutar ke arah timur dan meninggalkan satu kaum diluar temboknya yang disebut kaum Turki (dari bahasa Arab: Taraka-Yatruku), selanjutnya yang dimaksud laut berlumpur adalah laut Hitam atau danau Ural. Tembok ini baru bisa dirusak oleh Alexander beratus tahun kemudian. Mungkin versi ini yang mengawali penyebutan Iskandar Zulqarnain sebagai pelindung dan pembuat tembok, sedangkan Alexander disebut Iskandar Al Kabir atau Iskandar Al Maqduni yang merusak dan meruntuhkan tembok. Versi kedua, diperkirakan Zulqarnain adalah salah satu keturunan Fir’aun yang keluar dari Mesir karena mengikuti ajaran Musa as, melakukan perjalanan hingga daerah China dan atas permintaan penduduk China diminta membuatkan tembok pembatas dengan negara utara (Mongolia) yang suka berperang dan menunggang kuda (Ya’juj dan Ma’juj), dan menurut arkeologi masih ada reruntuhan tembok ini karena berkonstruksi besi baja dan tembaga mirip dengan yang disebutkan di dalam Alqur’an serta juga mirip cara bangun dan desain Mesir. Hal lain yang mendukung kemungkinan bahwa Zulqarnain dari Mesir adalah pengolahan kertas yang berkembang pesat di China setelah masa itu, karena sebelumnya pengembangan kertas hanya ada di Mesir dengan papyrus (paper). Tembok ini diperkirakan juga samapai ke daerah Turki dan juga kaum Turki yang ditinggal di utara tembok. Setelah tembok ini mulai dirusak oleh penyerang, barulah muncul pembuatan tembok China yang baru seperti sekarang ini. Ummat Islam seharusnya memilih versi-versi Islami ini plus sudah jelas ada bukti ilmiahnya, daripada cerita Alexander yang jelas-jelas salah. Silahkan pilih mana yang lebih kuat bukti dan kemungkinannya, itu lebih baik. Dalam dua versi ini ada beberapa persamaan: (1) Tokohnya menyembah Satu Tuhan, (2) sama-sama memakai mahkota dua tanduk (Zulqarnain), (3) sama-sama membuat tembok pembatas. Bahkan kalau mungkin, seharusnya hal ini difatwakan MUI agar buku sejarah Islam mengenai Zulqarnain ditulis ulang dan melarang versi Zulqarnain sebagai Alexander agar generasi Islam tidak jadi generasi bodoh dan dibodohi terus-terusan. Sekian semoga bermanfaat, wallahu a’lam.